Melihat Impor Batu Bara Eropa saat Menolak CPO karena Isu Lingkungan
Jakarta, CNN Indonesia — Uni Eropa menjadi salah satu dari lima importir batu bara terbesar di dunia setelah China, India, Jepang dan Korea Selatan.
Data Banchero Costa yang dikutip dari hellenicshippingnews menyatakan sepanjang 2022, impor batu bara Eropa naik hampir 33,8 persen (yoy) menjadi 116,5 juta ton dari sebelumnya 87,1 juta ton pada 2021. Data tersebut juga melaporkan Eropa menyumbang 9,8 persen dari pengiriman batu bara lintas laut global.
Pada kuartal I/2023 ini impor batu bara UE meningkat 15,1 persen (yoy) menjadi 28,4 juta ton. Realisasi ini tertinggi sejak kuartal I/2019 sebesar 30,3 juta ton.
Sebelumnya, negara eksportir utama batu bara UE adalah Rusia. Pada 2021, sebanyak 40 persen impor batu bara Eropa berasal dari Kyiv. Lalu pada 2022 turun menjadi 18 persen dan pada kuartal I/2023 ini turun lagi menjadi 3,6 persen sehingga Rusia menjadi negara pemasok terbesar ketiga ke UE.
Sejak 2022, pemasok batu bara terbesar ke EU adalah AS dengan porsi 20,5 persen dari seluruh impor Eropa. Permintaan batu bara ke AS naik 83 persen menjadi 23,9 juta ton (yoy).
Pemasok terbesar kedua adalah Australia dengan porsi 19,7 persen. Permintaan batu bara Eropa ke Negeri Kanguru tersebut naik 42,3 persen menjadi 20,9 juta ton (yoy).
Pemasok keempat adalah Kolombia dengan pangsa 14,3 persen. Sepanjang tahun lalu, permintaan batu bara Eropa ke Kolombia naik 88,7 persen menjadi 16,7 juta ton (yoy).
Negara pemasok kelima adalah Afrika Selatan dengan porsi 12,1 persen. Pada 2022, impor batu bara Eropa ke Afsel melonjak 593,5 persen menjadi 14,1 juta ton dari sebelumnya di 2021 hanya 2 juta ton.
Selain lima negara pemasok terbesar tersebut, ekspor batu bara Indonesia ke Eropa juga melonjak 705,4 persen menjadi 5,2 juta ton (yoy) sepanjang 2022.
Eropa memang mempercepat impor batu bara sejak tahun lalu merespons kebijakan pengurangan pasokan gas dari Rusia. Padahal sebelumnya, negara tersebut berencana untuk mulai mengurangi konsumsi batu bara dan beralih ke energi hijau.
Pengurangan konsumsi batu bara tersebut tercermin dari data impor yang turun dalam beberapa tahun lalu. Pada 2018, impor batu bara Eropa turun sebesar 7,6 persen.
Lalu, pada 2019 penurunan impornya lebih tinggi lagi menjadi 18,3 persen (yoy) dan pada 2020 turun lebih tajam sebesar 32,9 persen (yoy).
Namun, munculnya perang Rusia-Ukraina membuat kebijakan sebaliknya harus diambil. Sebab, negara dengan empat musim tersebut membutuhkan batu bara saat kondisi dingin di tengah berkurangnya pasokan gas dari Rusia
(ldy/dzu)
Source: https://www.cnnindonesia.com/